5/19/2009

Pada mulanya

Ini ada kisah yang mengawali perjalan hidupku. Kisah ini dimulai disebuah desa kecil didaerah parsaoran, kabupaten labuhan batu. kira-kira 30tahun silam, bapakku berkenalan dengan seorang gadis dari desa sebrang yang tak lain adalah ibuku. Waktu demi waktu mereka lewati bersama, singkat cerita mereka sudah sepakat dan mantab untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Namun niat mereka tidak memperoleh restu dari orang tua bapakku yang tidak suka dengan strata keluarga ibukku yang berada jauh dibawah mereka. Bapakku adalah anak pertama dari orang terkaya di desa pada saat itu, sedangkan ibukku berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja bahkan cenderung kekurangan.

Berbagai macam usaha dilakukan oleh kakekku utk memisahkan hubungan kedua orangtuaku, baik dari memberikan tekanan mental sampai kekerasan fisik. Namun itu semua tidak mengurangi niatan kedua orangtuaku untuk mengarungi bahtera rumahtangga. Akhirnya mereka lari ke medan, ibu kota sumatera utara. Mereka menikah dan menetap disana, dan tak lama kemudian aku lahir disebuah dusun kecil disamping bandara polonia meda. Kelahiranku yang adalah anak laki-laki disambut sukacita oleh kedua orangtuaku, ini dikarenakan adat istiadat didaerah kami yg dimana cucu laki-laki pertama dari anak laki-laki pertama merupakan pewaris keturunan dari keluarga, ini berarti ada kemungkinan hati kakek-nenekku akan luluh apabila melihat cucu pewaris keturunannya sudah lahir. Mereka pun memberanikan diri membawaku ke hadapan kakek-nennekku.

Melihat kehadiran cucu laki-laki pembawa garis keturunannnya, kakekku senang bukan kepalang. Beliau langsung menggendengku tanpa mempedulikan keberadaan dua orang pelarian yang berada dihadapannya dan memberiku nama "sabar". Orang tuaku merasa lega dengan hal ini, karena ini berarti kehadiran mereka sudah bisa diterima dikeluarga manullang.

Beberapa waktu berselang, harapan untuk dapat diterima di keluarga perlahan tapi pasti mulai pudar seiring dengan siksaan-siksaan yang dialami oleh ibukku. Berkali-kali ibukku dihina,dicaci,dimaki, dan tak jarang memperoleh kekerasana fisik.
Bapakku adalah type orang yang tidak mau melawan orang tua jadi meski dia mendengar hal itu dari pengakuan ibukku maupun orang lain, dia tetap diam seribubahasa. Namun ketika dia melihat keadaan ibukku sudah memprihatinkan, dia akhirnya mengajak ibukku melarikan diri ke Bangka, tempat kk laki-laki dari ibukku.

Sejak saat itu kami memulai kehidupan ditanah bangka, didaerah jebus, kehidupan yang sangat jauh dari kecukupan. Tempat tinggal kami hanyalah beratapkan dipan buatan yang dibuatkan oleh seorang yang baik hati. Rumah buatan itu dibuat disamping pekarangan rumahnya, lebih tepatnya disebelah kandang. Perabotan-perabotan didalamnya pun merupakan sumbangan dari orang-orang sekitar. Begitu menyedihkan kehidupan di bangka. Bapakku mesti bekerja sangat keras, mulai dari mengolah ladang orang lain, sampai bekerja di PT.Timah yang jaraknya sampai 8km dan ditempuh dengan jalan kaki. Meski sedemikian memprihatinkannya keadaan kami disana, namun secara batin kami mengalami kedamaian. Pada tahun 1990 lahirlah adik pertamaku yang berjenis kelamin perempuan, mereka menamainya lelly christy.