12/07/2008

Second Chance

Second chance. Ya.. Itu mungkin adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan situasi saat itu. Situasi dimana Kei memberikan aku kesempatan kedua atas kesalahan yang kulakukan. Second chance bisa juga berarti last chance. Setidak-tidaknya ini warning yang dikatakan Kei waktu itu!

Masih teringat jelas masa suram itu. Masa dimana Kei marah sekali dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, serta akan menjauh dari kehidupanku. Menurutnya, itu semua adalah balasa setimpal yang harus aku terima atas perbuatan yang telah kulakukan. Kesalahan yang di akibatkan oleh keminderanku pasca Kei mengutarakan perasaannya seminggu yg lalu. Aku bingung, senang, depresi dan lain sebagainya bercampur aduk jadi satu. Ini dikarenakan aku masih dalam keadaan syok menghadapi kenyataan bahwa orang yang kukagumi ternyata menaruh hati padaku.

Pada saat itu aku tak berdaya itu, aku hanya bisa merenung pasrah meratapi meratapi hubungan yang masih seumuran jagung. Aku, yang awalnya tidak dapat menerima kenyataan itu, sampai pada titik terendah dimana aku sudah ikhlas akan apapun keputusan Kei yang penting dia bahagia. Namun disaat pasrah itulah aku menemukan titik terang, Kei berubah pikiran dan mau memberikan second chance atau bisa dibilang last chance.

Awalnya aku bahagia dengan semua itu, tapi sekarang aku kuatir kapan masa itu akan tiba. Masa dimana last chance itu akan berakhir dan masa dimana Kei akan memberikan penghakiman terakhir buatku untuk selamanya.

No body is perfect. Itulah yang selalu terbayang didalam benakku saat ini. Seberapa pun usahaku untuk menjadi orang yang sempurna di depan Kei, aku tetaplah orang yang tidak sempurna karena kesempurnaan itu hanya milik-Nya. Suatu saat nanti, aku pasti akan membuat kesalahan dan membuat kei marah, dan di saat itulah aku harus sudah siap melepaskan Kei dari kehidupanku. Aku tidak tahu kapan masa itu akan terjadi. Besok? Lusa ? minggu depan? Bulan depan? Atau mungkin tahun depan? Yang pasti, masa itu cepat atau lambat akan tiba.

Ada pertemuan pasti ada pula perpisahan. Tapi aku mau disaat kami berpisah bukan dengan kebencian melainkan dengan sukacita. sulit memang! Aku mau kelak di saat kei mengingat namaku, bukan kerutan didahi yang muncul serta wajah murung, melainkan senyum suka cita tanda rasa syukur bahwa aku sudah pernah menghiasi hidupnya.

Sekarang aku hanya bisa berdoa buat Tuhan, semoga Kei diberi kebijaksanaan dan kekuatan menghadapi cobaan-cobaan yang Dia berikan termasuk jika kelak kami berpisah.
^_^

1 comment:

Anonymous said...

Second chance. Ya.. Itu mungkin adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan situasi saat itu. Situasi dimana Kei memberikan aku kesempatan kedua atas kesalahan yang kulakukan. Second chance bisa juga berarti last chance. Setidak-tidaknya ini warning yang dikatakan Kei waktu itu!

Masih teringat jelas masa suram itu. Masa dimana Kei marah sekali dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, serta akan menjauh dari kehidupanku. Menurutnya, itu semua adalah balasa setimpal yang harus aku terima atas perbuatan yang telah kulakukan. Kesalahan yang di akibatkan oleh keminderanku pasca Kei mengutarakan perasaannya seminggu yg lalu. Aku bingung, senang, depresi dan lain sebagainya bercampur aduk jadi satu. Ini dikarenakan aku masih dalam keadaan syok menghadapi kenyataan bahwa orang yang kukagumi ternyata menaruh hati padaku.

Pada saat itu aku tak berdaya itu, aku hanya bisa merenung pasrah meratapi meratapi hubungan yang masih seumuran jagung. Aku, yang awalnya tidak dapat menerima kenyataan itu, sampai pada titik terendah dimana aku sudah ikhlas akan apapun keputusan Kei yang penting dia bahagia. Namun disaat pasrah itulah aku menemukan titik terang, Kei berubah pikiran dan mau memberikan second chance atau bisa dibilang last chance.

Awalnya aku bahagia dengan semua itu, tapi sekarang aku kuatir kapan masa itu akan tiba. Masa dimana last chance itu akan berakhir dan masa dimana Kei akan memberikan penghakiman terakhir buatku untuk selamanya.

No body is perfect. Itulah yang selalu terbayang didalam benakku saat ini. Seberapa pun usahaku untuk menjadi orang yang sempurna di depan Kei, aku tetaplah orang yang tidak sempurna karena kesempurnaan itu hanya milik-Nya. Suatu saat nanti, aku pasti akan membuat kesalahan dan membuat kei marah, dan di saat itulah aku harus sudah siap melepaskan Kei dari kehidupanku. Aku tidak tahu kapan masa itu akan terjadi. Besok? Lusa ? minggu depan? Bulan depan? Atau mungkin tahun depan? Yang pasti, masa itu cepat atau lambat akan tiba.

Ada pertemuan pasti ada pula perpisahan. Tapi aku mau disaat kami berpisah bukan dengan kebencian melainkan dengan sukacita. sulit memang! Aku mau kelak di saat kei mengingat namaku, bukan kerutan didahi yang muncul serta wajah murung, melainkan senyum suka cita tanda rasa syukur bahwa aku sudah pernah menghiasi hidupnya.

Sekarang aku hanya bisa berdoa buat Tuhan, semoga Kei diberi kebijaksanaan dan kekuatan menghadapi cobaan-cobaan yang Dia berikan termasuk jika kelak kami berpisah.
^_^